Peristiwa Pembebasan Kota Mekah (Fathul Makkah)
Peristiwa perang Mu’tah
yang terjadi antara tentara Islam dan pasukan Romawi di mata
orang-orang Quraish sebagai pertanda kelemahan Islam. Melihat gejala
tersebut mereka melakukan provokasi dengan cara membantu sekutu mereka
Bani Bakr menyerang sekutu Islam Bani Khaza’ah di sebuah mata air yang
dimiliki oleh bani Khaza’ah. Penyerangan yang menewaskan 20 orang
anggota Khaza’ah dilaporkan oleh Amr bin Salam kepada Rasulullah saw
yang ketika itu berada di Madinah. Mendengar laporan Amr bin Salam,
Rasulullah saw berkata, “Kamu pasti akan ditolong, hai Amr bin Salim”
Perbuatan Quraish membantu Bani Bakr menyerang Bani Khaza’ah merupakan
sebuah pelanggaran terhadap perjanjian diantara Muslimin dan Quraish.
Perjanjian tersebut terjadi pada bulan Dzulqaidah tahun ke-6 Hijriah di
sebuah tempat antara Mekkah dan Madinah bernama Hudaibiyah. Garis besar
isi perjanjian Hudaibiyah:
“Dengan nama Tuhan. Ini perjanjian antara Muhammad (SAW) dan Suhail bin
‘Amru, perwakilan Quraisy. Tidak ada peperangan dalam jangka waktu
sepuluh tahun. Siapapun yang ingin mengikuti Muhammad (SAW),
diperbolehkan secara bebas. Dan siapapun yang ingin mengikuti Quraisy,
diperbolehkan secara bebas. Seorang pemuda, yang masih berayah atau
berpenjaga, jika mengikuti Muhammad (SAW) tanpa izin, maka akan
dikembalikan lagi ke ayahnya dan penjaganya. Bila seorang mengikuti
Quraisy, maka ia tidak akan dikembalikan. Tahun ini Muhammad (SAW) akan
kembali ke Madinah. Tapi tahun depan, mereka dapat masuk ke Mekkah,
untuk melakukan tawaf disana selama tiga hari. Selama tiga hari itu,
penduduk Quraisy akan mundur ke bukit-bukit. Mereka haruslah tidak
bersenjata saat memasuki Mekkah”.
Di Madinah Rasulullah saw menyeru semua sahabat; Muhajirin dan Ansar
untuk bersiap melakukan ekspedisi. Seruan Rasulullah bukan hanya dijawab
oleh seluruh sahabat Muhajirin dan Ansar juga para penduduk
kabilah-kabilah sekitar Madinah. Tercatat sekitar 10.000 orang tergabung
dalam pasukan besar Islam yang segera berangkat ke Mekkah dibawah
komando nabi Muhammad saw.
Di sebuah tempat bernama Juhfah sekitar 23 km dari Mekkah, Abbas bin
Abdul Muthalib paman nabi menemui beliau dan menyatakan bergabung dengan
pasukan Islam. Bergabungnya Abbas bin Badul Muthalib diikuti oleh Abu
Sofyan bin Haris bin Abdul Muthalib, sepupu nabi dan Abdullah bin Abi
Umayyah bin Al-Mughirah. Dengan bergabungnya Bani Hasyim, pasukan Islam
pun menjadi tambah kuat.
Sebelum memasuki kota Mekkah, pasukan muslimin berkemah di sebuah daerah
bernama Marr Al-Zhahran. Rasulullah memerintahkan agar pasukan muslimin
membuat sebuah api unggun yang besar sehingga jika dilihat penduduk
Mekkah akan menyebarkan rasa takut di hati mereka. Keberadaan api unggun
besar tersebut ternyata langsung memancing keingin-tahuan Abu Sofyan
yang sedang melakukan pengintaian terhadap tentara Islam. Abu Sofyan
dengan didampingi oleh Abbas bin Abdul Muthalib menghadap nabi kemudian
menyatakan syahadat bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad saw
adalah utusan Allah.
Pembebasan kota Mekkah terjadi pada tanggal 20 Ramadhan tahun 8 Hijriah.
Rasulullah saw berwasiat kepada pasukannya agar tidak melakukan
pertempuran dan jangan sampai meneteskan darah kecuali sangat terpaksa.
Tentara Islam kemudian dibagi menjadi 4 devisi, divisi pertama dipimpin
oleh Zubair bin Al-Awwam dengan tugas memasuki Mekkah dari sebelah
Utara, divisi kedua dipimpin oleh Khalid bin Walid dengan tugas memasuki
Mekkah dari Selatan, divisi ketiga dipimpin oleh Sa’d bin Ubadah yang
kemudian diganti oleh putranya Qais bin Sa’d dengan tugas memasuki kota
Mekkah dari arah Barat dan divisi terakhir dibawah pimpinan Abu Ubaidah
bin Al-Jarrah yang bersama-sama Rasulullah memasuki kota Mekkah dari
arah Barat Laut di kaki bukit Hind.
Seluruh pasukan muslimin berhasil memasuki kota Mekkah tanpa menumpahkan
darah kecuali pasukan Khalid bin Walid yang mendapat perlawanan dari
sekelompok pemuda Quraish yang dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahl.
Pertempuran kecil tersebut mengakibatkan 2 orang tentara Islam syahid.
Pengampunan Umum bagi Penduduk Mekkah
Rombongan Rasulullah dari arah Bukit Hind memasuki Mekkah dengan tanpa
meneteskan darah. Kemudian disusul oleh pasukan-pasukan muslim yang
masuk dari Arah berbeda. Bersama-sama mereka mengumandangkan takbir,
tasbih dan tahmid menuju baitullah, Ka’bah yang telah lama ditinggalkan
oleh umat yang menyembah Allah. Rasulullah saw bersama pengikutnya
bersama-sama membersihkan Ka’bah dari segala macam berhala. Dengan
tongkat di tangan, Rasulullah menunjuk ke arah berhala-berhala seraya
membaca ayat Al-Qur’an;
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”.
Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS
Al-Isra 81)
Setelah seluruh berhala dan gambar-gambar dibinasakan dari Ka’bah,
Rasulullah menyeru sahabat Billal bin Rabbah untuk mengumandangkan Azan
dari atas Ka’bah. Kemudian muslimin dipimpin oleh Rasulullah selaku imam
melaksanakan shalat berjamaah.
Sementara muslimin merasakan rasa haru dalam kalbu setelah melaksanakan
shalat berjamaah di Masjidil Haram, penduduk Mekkah berkumpul di depan
Ka’bah dengan tertunduk lesu menyesali segala perbuatan jahat mereka
terhadap Rasulullah dan pengikutnya. Mereka pasrah jika Rasulullah saw
menuntut balas atas segala perbuatan keji yang telah mereka lakukan.
Rasulullah saw dengan penuh wibawa berdiri di depan Ka’bah menghadap ke penduduk Mekkah. Beliau saw kemudian berkata:
“Menurut dugaan kalian, apa yang akan aku lakukan terhadap kalian?
“Kami berharap yang baik-baik wahai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia.” Jawab penduduk Mekkah
“Tidak ada hukuman sama sekali atas kalian. Hari ini Allah telah mengampuni kalian.”
Demikianlah akhlaq Rasulullah yang bersumber dari Al-Qur’an, memaafkan
orang-orang yang telah berbuat dzolim kepadanya dan pengikutnya. Dengan
pengampunan tersebut berbondong-bondong penduduk Mekkah menyatakan masuk
Islam dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah
Rasulullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar