Berakhirnya
Perang Dunia I, Inggris berhasil menguasai Palestina dengan mudah.
Sherif Husein di Mekah yang dilobi untuk memberontak kekuasaan Turki
juga meraih kesuksesan. (1948 and After: Israel and Palestine,
1990:149). Rakyat Palestina semakin terdesak dan menjadi sasaran
pembantaian. (2000:173). Agresi Zionis terus berlanjut, 360 desa dan 14
kota yang didiami rakyat Palestina dihancurkan dan lebih 726.000 jiwa
terpaksa mengungsi. Akhirnya pada Jumat, 14 Mei 1948, negara baru Israel
dideklarasikan oleh Ben Gurion, bertepatan dengan 8 jam sebelum Inggris
dijadwal meninggalkan Palestina. Untuk strategi mempertahankan
keamanannya di masa berikutnya, Israel terus menempel AS hingga berhasil
mendapat pinjaman 100 juta U$D untuk mengembangkan senjata nuklir.
Elisabeth
Diana Dewi dalam karya ilmiahnya, The Creation of The State of Israel
menguraikan bahwa secara filosofi, negara Israel dibentuk berdasarkan
tiga keyakinan yang tidak boleh dipertanyakan: (a) tanah Israel hanya
diberikan untuk bangsa pilihan Tuhan sebagai bagian dari Janji-Nya
kepada mereka. (b) pembentukan negara Israel modern adalah proses
terbesar dari penyelamatan tanah bangsa Yahudi. (c) pembentukan negara
bagi mereka adalah solusi atas sejarah penderitaan Yahudi yang berjuang
dalam kondisi tercerai berai (diaspora). Maka, merebut kembali seluruh
tanah yang dijanjikan dalam Bibel adalah setara dengan penderitaan
mereka selama 3000 tahun. Oleh sebab itu, semua bangsa non-Yahudi yang
hidup di tanah itu adalah perampas dan layak untuk dibinasakan.
Yahudi dalam Al-Quran
Fakta
fenomenal saat ini yang menggambarkan arogansi, kecongkakan dan
penindasan Yahudi terhadap kaum muslimin adalah hikmah yang harus
diambil dari Firman-Nya: Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil
dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi
ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan
yang besar.” (QS.17:4). Dalam tafsir Jalalayn dijelaskan bahwa maksud
fil ardhi dalam ayat itu adalah bumi Syam yang meliputi Suriah,
Palestina, Libanon, Yordan dan sekitarnya.
Pembunuhan
bukan hal asing dalam sejarah Yahudi. Bahkan nabi-nabi mereka, seperti
Nabi Zakariya dan Nabi Yahya pun dibunuh. Mereka juga mengira telah
berhasil membunuh Nabi Isa dan bangga atas usahanya. Tapi Al-Quran
membantahnya (QS.4:157). Inilah di antara makna bahwa yang paling keras
permusuhannya terhadap kaum beriman ialah orang Yahudi dan musyrik (QS.
5:82).
Penolakan
janji Allah (QS. 5:21-22) yang memastikan kemenangan jika mau berperang
bersama Nabi Musa, membuktikan sebenarnya Yahudi adalah bangsa penakut,
pesimis, tamak terhadap dunia dan lebih memilih hidup hina daripada
mati mulia. Bahkan QS. 5:24 menggambarkan bahwa mereka tidak butuh tanah
yang dijanjikan dan tidak ingin merdeka selama masih ada sekelompok
orang kuat yang tinggal di sana. Lalu mereka meminta Nabi Musa dan
Tuhannya berperang sendiri.
Oleh
karena itu Al-Quran menggambarkan bahwa kerasnya batu tidak bisa
mengimbangi kerasnya hati kaum Yahudi. Sebab masih ada batu yang
terbelah lalu keluar mata air darinya dan ada juga yang meluncur jatuh
karena takut kepada Allah (QS. 2:74). Keras hati kaum Yahudi ini di
antaranya disebabkan hobi mereka mendengarkan berita dusta dan makan
dari usaha yang diharamkan (QS. 5:24).
Dua Belas Kejahatan Yahudi
Dalam buku Qabaih al-Yahud dijelas 12 kejahatan Yahudi yang termaktub dalam Al-Quran. Kejahatan itu adalah sebagai berikut:
- Menuduh Nabi Musa punya penyakit kusta karena tidak mau mandi bersama mereka. (QS. 33:69)
- Enggan melaksanakan Taurat, sehingga Allah mengangkat gunung Tursina untuk mengambil perjanjian yang teguh. (QS.2:93)
- Tidak mau beriman kecuali jika melihat Allah langsung. (QS. 2:55 dan 4:153)
- Merubah perintah agar masuk negeri yang dijanjikan seraya bersujud dan mengucapkan hithah, yakni memohon ampunan. Tapi mereka mengganti perintah itu dengan cara melata di atas anusnya dan mengatakan hinthah, yakni sebutir biji di rambut. (QS. 2:58-59
- Menuduh Nabi Musa mengolok-olok mereka saat mereka disuruh menyembelih sapi betina. (QS. 2:67)
- Menulis Alkitab dengan tangan mereka, lalu mengatakan ini dari Allah. (QS. 2:79)
- Memutar-mutar lidahnya untuk menyakinkan bahwa yang dibacanya itu adalah wahyu yang asli. (QS. 3:78)
- Merubah Firman Allah. (QS.2:75)
- Menyembah patung sapi saat ditinggal Nabi Musa mengambil Taurat. (QS.2: 51 dan 92)
- Mengatakan Tangan Allah terbelenggu. (QS.5:64)
- Menuduh Allah itu faqir. (QS. 3:181)
- Menyuruh Nabi Musa dan Tuhannya berperang untuk mereka (QS.5:24)
Di
samping itu, sosok nabi yang seharusnya dijadikan suri tauladan, justru
dinistakan. Nabi Ibrahim dalam Kejadian pasal 12:10-16 dan 20:1-14,
dikisahkan sebagai orang yang hina, menjijikkan dan rakus harta benda.
Beliau dituduh menjual isterinya yang cantik demi meraih keuntungan.
Kitab suci mereka tidak pernah menceritakan beliau sebagai Nabi
pemberani yang menghancurkan patung meskipun harus dilemparkan kedalam
api, menyeru ayah dan kaumnya meninggalkan kemusyrikan. Kisah memilukan
juga menimpa Nabi Luth. Dalam Kejadian Pasal 19:30-38, beliau dikisahkan
menzinahi kedua putrinya dalam keadaan mabuk.
Islam
adalah musuh permanen bagi Yahudi dan Nasrani. Sebab Islam adalah
satu-satunya agama yang kitab sucinya mengoreksi langsung kesalahan dua
agama itu. Ibarat seorang adik, ia berani membongkar kejahatan kedua
kakaknya. Oleh sebab itu, kedengkian mereka tidak akan padam dan masih
eksis dalam kajian-kajian mereka. Contoh kedengkian intelektual ini
seperti klaim bahwa Al-Quran banyak dipengaruhi kosa kata Ibrani,
seperti diungkapkan Adnin Armas dalam bukunya Metodologi Bibel dalam
Studi Al-Quran. Klaim ini dicetuskan oleh Abraham Geiger (1810-1874),
seorang rabi dan pendiri Yahudi Liberal di Jerman dalam karyanya, Apa
yang telah Muhammad pinjam dari Yahudi?
Jauh
sebelumnya, Imam Syafi’i telah menolak tudingan semisal itu dan
menguatkan bahwa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab. Sebab semua
lafadz dalam Al-Quran mustahil tidak dipahami oleh semua orang Arab,
meskipun sebagian lafadz itu ada yang tidak dimengerti oleh sebagian
orang Arab. Hal ini mengingat luasnya samudera bahasa Arab, bukan karena
kata itu tidak berasal dari bahasa Arab. Karena kata-kata yang
dituduhkan asing itu telah menjadi bahasa Arab, dikenal dan telah
digunakan oleh masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran.
Anehnya,
virus Geiger kini berkembang subur di sebagian umat. Pengacauan studi
Islam dan maraknya franchise-franchise hermeneutika untuk menafsirkan
Al-Quran di sebagian institusi pendidikan tinggi Islam sangat potensial
melemahkan akidah dan ukhuwah. Fenomena ini perlu dipertimbangkan para
tokoh umat di samping fatwa tentang pemboikotan produk Israel dan
Amerika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar